Rabu, 23 Juli 2008

Visi dan Misi

Visi

Meningkatkan kesadaran berbangsa, menguatkan jati diri dan menyatukan potensi bangsa, bergerak menuju bangsa maju di dunia.
Misi

* Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan semangat juang masyarakat.
* Memperkuat kepribadian bangsa, memperkokoh nilai-nilai budaya bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggan nasional.
* Mempertebal (memperkuat) jiwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang damai (peace), adil (justice), demokratis (democracy), dan sejahtera (prosperity).

Tema

Dengan Semangat 100 tahun Kebangkitan Nasional Kita Tingkatkan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Menuju Indonesia yang damai, adil, demokratis, dan sejahtera.

Sub Tema

* Jalin persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan yang demokratis;
* Kehidupan demokrasi merupakan cermin bangsa yang bermanfaat;
* Bangkitlah bangsaku, berpadu membangun Indonesia Sejahtera;
* Bersatulah bangsaku, jayalah negeriku;
* Bangkitlah Indonesiaku dalam keutuhan negeriku.

Slogan

Indonesia Bisa!

SEJARAH

Sejarah Nasional

STOVIA cikal bakal berdirinya Boedi Oetomo kini diabadikan

menjadi Museum Kebangkitan Nasional. (Filmon L. Warouw/Depkominfo)

Sejarah Singkat Boedi Oetomo

Bangsa Indonesia, yang dijajah oleh Belanda, hidup dalam penderitaan dan kebodohan selama ratusan tahun. Bahkan tingkat kecerdasan rakyat, sangat rendah. Hal ini adalah pengaruh sistem kolonialisme yang berusaha untuk “membodohi” dan “membodohkan” bangsa jajahannya.

Politik ini jelas terlihat pada gambaran berikut:

  1. Pengajaran sangat kurang, bahkan setelah menjajah selama 250 tahun tepatnya pada 1850 Belanda mulai memberikan anggaran untuk anak-anak Indonesia, itupun sangat kecil.
  2. Pendidikan yang disediakan tidak banyak, bahkan pengajaran tersebut hanya ditujukan untuk menciptakan tenaga yang bisa baca tulis dan untuk keperluan perusahaan saja.

Keadaan yang sangat buruk ini membuat dr. Wahidin Soedirohoesodo yang mula-mula berjuang melalui surat kabar Retnodhumilah, menyerukan pada golongan priyayi Bumiputera untuk membentuk dana pendidikan. Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil, sehingga dr. Wahidin Soedirohoesodo harus terjung ke lapangan dengan berceramah langsung.

Lorong kelas di STOVIA tempat dr. Soetomo dan kawan-kawan

menuntut ilmu. (Filmon L. Warouw/Depkominfo)

Berdirinya Boedi Oetomo

Dengan R. Soetomo sebagai motor, timbul niat di kalangan pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan perhimpunan di kalangan para pelajar guna menambah pesatnya usaha mengejar ketertinggalan bangsa.

Langkah pertama yang dilakukan Soetomo dan beberapa temannya ialah mengirimkan surat-surat untuk mencari hubungan dengan murid-murid di kota-kota lain di luar Jakarta, misalnya: Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Magelang.

Pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 1908 pukul 9 pagi, Soetomo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka berkumpul dalam ruang kuliah anatomi. Setelah segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi nama perkumpulan yang baru saja mereka resmikan berdirinya.

Ruang Anatomi tempat pertemuan dr. Soetomo dkk membahas

pendirian Boedi Oetomo. Kini ruangan ini dinamakan Ruang Memorial

dr. Soetomo. (Filmon L. Warouw/Depkominfo)

“Boedi” artinya perangai atau tabiat sedangkan “Oetomo” berarti baik atau luhur. Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat, kemahirannya.

Kongres Pertama Boedi Oetomo (3 Oktober – 5 Oktober 1908)

Kongres ini diadakan di Kweekschool atau Sekolah Guru Atas Yogyakarta (Sekarang SMA 11 Yogyakarta) dengan pembicara:

  1. R. Soetomo (STOVIA Weltevreden)
  2. R. Saroso (Kweekschool Yogyakarta)
  3. R. Kamargo (Hoofd der School Magelang)
  4. Dr. MM. Mangoenhoesodo (Surakarta)
  5. M. Goenawan Mangoenkoesoemo

Setelah berlangsung selama tiga hari, kongres yang dipimpin oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo mengesahkan Anggaran Dasar Boedi Oetomo yang pada pokoknya menetapkan tujuan perhimpunan sebagai berikut:

Kemajuan yang selaras (harmonis) buat negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu pengetahuan).

Beberapa prestasi yang diraih oleh Boedi Oetomo diantaranya: penerbitan majalah "Guru Desa", perubahan pelajaraan Bahasa Belanda di Sekolah Dasar yang semula hanya diajarkan di kelas tiga ke atas berubah menjadi mulai kelas satu, serta mendirikan surat kabar resmi Boedi Oetomo berbahasa Belanda, Melayu, dan Jawa.

Boedi Oetomo telah memberikan teladan dengan berdiri di barisan terdepan membawa panji-panji kesadaran, menggugah semangat persatuan, adalah suatu kenyataan yang tidak boleh dikesampingkan.

Kamis, 17 Juli 2008

PERINGATAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL TINGKAT KABUPATEN CIREBON

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-100 Tingkat Kabupaten Cirebon diselenggarakan di Lapangan Ranggajati Sumber, Rabu, 21 Mei 2008. Bupati Cirebon, Drs. H. Dedi Supardi, MM yang bertindak selaku Inspektur Upacara membacakan sambutan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun tema peringatan tahun ini adalah “INDONESIA BISA!”

Dalam sambutannya Presiden mengajak mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menyampaikan rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pendiri dan pejuang bangsa, yang telah mengantarkan bangsa Indonesia ke tingkat kehidupan bangsa yang semakin maju dewasa ini.

Di awal abad ke-20, para pendiri dan pejuang bangsa menemukan gagasan politik baru yang belum pernah digali sebelumnya, yaitu nasionalisme. Mereka menyalakan dan menyebarkan api itu, dan kemudian mengobarkannya dalam satu revolusi kemerdekaan yang paling gemilang di abad ke-20, yang kemudian melahirkan Republik Indonesia Merdeka.

Berkat perjuangan dan pengorbanan mereka, hari ini bangsa Indonesia dapat bersatu dalam tekad dan semangat kebangsaan Indonesia, dari Sabang sampai ke Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote. “Indonesia” yang 100 tahun lalu hanya mimpi, hanya aspirasi, hanya konsep, kini telah menjadi kenyataan, menjadi jati diri bangsa Indonesia, menjadi negara besar yang dicintai bersama. Dengan tekad bersama, memasuki abad ke-21 ini, Indonesia dapat benar-benar menjadi bangsa yang maju, yang kuat, dan yang unggul.

Bangsa Indonesia sering dihantui kegamangan, keraguan dan ketidakpercayaan diri, dalam menjalani kehidupan bangsa yang semakin banyak tantangan, dan dalam perkembangan dunia yang semakin kompleks sehingga muncullah pertanyaan:

Apakah perjalanan bangsa ini telah berada pada arah yang benar ? Perjalanan besar bangsa dari tahun 1908, tahun 1945, tahun 2008 ini, dan tahun-tahun mendatang.

Apakah bangsa Indonesia bisa menjadi Negara Maju (develop nation) pada abad 21 ini? Menjadi bangsa yang terhormat, dan tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain.

Ketika sekarang ini bangsa Indonesia sedang kembali diuji oleh krisis energi dan krisis pangan dunia, apakah bangsa Indonesia bisa menghadapi dan mengatasinya?

Terhadap ketiga pertanyaan itu, jawabannya adalah :

Perjalanan bangsa Indonesia telah berada pada arah yang benar, Indonesia bisa menjadi negara maju di abad-21, dan krisis energi serta pangan dunia ini akan bisa diatasi. Karena sejak 100 tahun yang lalu, sejak bangsa Indonesia bangkit telah menjadi bangsa yang berkemampuan, ”Bangsa Yang Bisa”! Bisa mengubah nasib, bisa bersatu, bisa mengusir penjajah, bisa meraih dan mempertahankan kemerdekaan, dan bisa mengatasi berbagai tantangan sejarah!

Bangsa Indonesia mulai bangkit pada tanggal 20 Mei 1908, ketika organisasi Boedi Oetomo didirikan di kampus STOVIA Jakarta. Boedi Utomo merupakan suatu inovasi politik yang baru. Untuk pertama kalinya, timbul di bumi Nusantara suatu organisasi modern, dengan cara pandang yang baru dan beda.

Kelahiran Boedi Oetomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi berdirinya berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat kedaerahan, politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, maupun kepemudaan. Pada gelombang berikutnya, muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat Islam, dan berbagai organisasi lainnya

Hal ini mewarnai awal kebangkitan nasional, dan mencapai puncaknya pada tahun 1928, dengan bersatunya berbagai kelompok organisasi---khususnya organisasi kepemudaan---untuk mewujudkan suatu gerakan kebang-saan yang sejati, melalui Sumpah Pemuda: satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa – Indonesia!

Gerakan kaum muda tahun 1908 dan tahun 1928, menandai tonggak-tonggak awal gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Sejak itu, nasionalisme Indonesia terus berkembang, terus menjalar, dan terus berkobar di seluruh penjuru tanah air.

Dengan semangat nasionalisme itulah, bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaan yang kita cita-citakan, pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, bangsa Indonesiapun berhasil mempertahankan kemerdekaan itu dengan darah, keringat dan air mata.

Indonesia juga berhasil menjaga keutuhan negara, dari berbagai ancaman separatisme, berhasil mempersatukan kembali Irian Barat, berhasil menyelamatkan ideologi Negara Pancasila, berhasil keluar dari krisis moneter yang sangat berat, yang melahirkan era “reformasi”, berhasil dengan penuh perjuangan, membangun dan menghadirkan demokrasi, yang mengedepankan kedaulatan rakyat dan berhasil menangani dampak bencana tsunami yang maha dahsyat, dan bahkan kemudian menciptakan perdamaian Aceh yang telah bergolak selama lebih dari 30 tahun.

Perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasional hari ini, sejatinya merupakan momentum yang mengikat anak bangsa Indonesia yang lahir di tiga abad yang berbeda: abad ke-19, abad ke-20 dan awal abad ke-21, yang terus berjuang untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Karakter dan kualitas inilah yang menjadi modal utama bangsa Indonesia, untuk melanjutkan tahapan perjuangan bangsa Indonesia di awal Abad ke-21 : melangkah ke depan, menuju negara maju!

Tantangan yang dihadapi untuk mencapai tujuan mulia ini, memang lebih berat dan lebih kompleks dari tantangan yang dihadapi bangsa di masa lalu. Oleh karena itu, untuk menjadi bangsa yang berhasil, ada tiga syarat fundamental yang harus kita bangun dan miliki, yaitu kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa yang tinggi.

Menghadapi krisis energi dan pangan dunia ini, mulai sekarang dan ke depan, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, untuk terus meningkatkan ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan ekonomi bangsa

Bangsa-bangsa besar di dunia selalu mau dan mampu secara sungguh-sungguh belajar dari sejarah masa lampaunya. Bagi bangsa yang besar, semakin jauh ia menempuh perjalanan sejarah, semakin dekat bangsa itu pada visi dan cita-citanya. Hari ini, 20 Mei 2008, 100 tahun setelah bangsa Indonesia bangkit, dan setelah berjuang satu abad lamanya, seluruh komponen bangsa patut bersyukur, telah dapat mewujudkan banyak capaian dan kemajuan, yang makin mendekati cita-cita para pendiri bangsa.

KOMENTAR MAS DEDDY MIZWAR TENTANG 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL

Ingat kah anda terhadap perkataan Mas Deddy Mizwar di iklan-iklan TV :

Bangkit itu SUSAH, susah melihat orang lain susah, senang melihat orang lain senang.

Bangkit itu TAKUT, takut korupsi, takut makan yang bukan haknya.

Bangkit itu MENCURI, mencuri perhatian dunia dengan prestasi.

Bangkit itu MARAH, marah bila martabat bangsa dilecehkan.

Bangkit itu MALU, malu jadi benalu, malu karena minta melulu.

Bangkit itu TIDAK ADA, tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus asa.

Bangkit itu AKU! Untuk Indonesiaku!

(100 tahun Kebangkitan Nasional)

100 Tahun kebangkitan nasional

Seratus tahun telah kita lalui sejak ditetapkannya tangal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Nilai-nilai Kebangkitan Nasional yang diperjuangkan para pendahulu kita telah menjadi perekat jalinan persatuan dan kesatuan diantara kekuatan dan komponen bangsa. Ia telah memberi semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan, mengejar ketertinggalan dan membebaskan diri dari keterbelakangan. Nilai-nilai tersebut menjadi dasar perjuangan para pemuda yang kemudian pada tanggal 20 Mei 1908 terorganisasi dalam wadah pergerakan bernama Boedi Oetomo.

Dari sinilah kemudian semangat nilai-nilai persatuan dan kesatuan ini semakin mengkristal dan menjadi kekuatan moral bangsa sebagaimana tertuang dalam ikrar Soempah Pemoeda, pada tanggal 28 Oktober 1928. Perjuangan panjang yang ditempuh oleh bangsa Indonesia tersebut, akhirnya kita capai dengan memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai bangsa yang Merdeka dari penjajahan.

Bangsa Indonesia telah bersepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan panjang tersebut harus tetap dipertahankan, dipelihara dan dijaga. Dalam kurun waktu 62 tahun perjalanannya, berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan masih saja terjadi. Beberapa tahun terakhir ini bangsa kita dilanda dengan berbagai cobaan berupa bencana alam sebagai akibat atau pengaruh lingkungan global yang menyebabkan kerusakan di berbagai sektor kehidupan kita bahkan menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar. Dengan memperhatikan perkembangan dan kecenderungan penomena bangsa tersebut, maka semangat dan jiwa Kebangkitan Nasional menjadi penting untuk terus tetap digelorakan dalam setiap individu warga negara Indonesia, agar tetap waspada dalam rangka menjaga keutuhan kita sebagai sebuah bangsa yang besar dalam bingkai NKRI.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-100 Tahun 2008 ini akan kita jadikan sebagai sebuah momentum untuk memasuki kebangkitan Nasional pada tahun-tahun berikutnya. Momentum ini ditandai dengan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dari pusat sampai daerah untuk terus mengokohkan, menguatkan dan memelihara semangat kebangkitan Nasional.
Dengan Semangat 100 tahun Kebangkitan Nasional Kita Tingkatkan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Menuju Indonesia yang damai, adil, demokratis, dan sejahtera